Ir. SUKARNO |
Bangsa
yang dicita-citakan oleh para pendirinya akan menjadi bangsa yang adil, makmur,
serta sejahtera.bangsa yang kelahirannya pada saat itu tidak dalam keadaan
damai, tentram,dan aman. Melainkan dalam keadaan sedang berkecamuknya palu godam
perang dunia II. Kita
agaknya haruslah bersyukur bahwa bangsa ini tidak dilahirkan dalam kenyamanan,
dan ketemaraman bulan purnama. Melainkan kita dilahirkan dalam tempaan yang
kuat sehingga kita bias mengambil banyak hikmah dan pelajaran darinya. Salah
satu hikmah yang begitu besar yang dapat kita ambil dan kita pelajari darinya
adalah hikmah persatuan dan kesatuan para bapak bangsa dan pendiri republik
ini. Para bapak bangsa dan pendiri republik ini dengan segala daya, upaya, dan
kemampuan dari mereka masing-masing berlomba-lomba mendedikasikannya untuk
kemerdekaan republik ini. Dari mereka ada yang bergerilya memanggul senjata
membasmi penjajah di hutan,dan gunung-gunung di negri ini, ataupun mereka yang
duduk di kursi dialog perdamaian antar bangsa mereka semua saling bahu-membahu,
bersatu, dan bekerja sama untuk memerdakakan nusantara. Suasana
pada waktu itu kisaran tahun 1945-1948 masihlah belum stabil. Sekutu maih ingin
menancapkan kembali kuku penjajahan di bumi Indonesia. Para pejuang kita dengan
cara mereka masing-masing berusaha mengusir penjajah dan kuasa kolonialisme
yang memelaratkan Negara dan rakyat Indonesia ini. mereka bersatu baik dari
golongan tua ataupun golongan muda, rakyat jelata ataupun mereka dari golongan
priyayi dan orang kaya bersatu hingga puncaknya proklamasi 17 agustus tahun
’45.
Masih ingatkah kita pada peristiwa berdarah 10 november 1945 disurabaya yang melibatkan para arek-arek suroboyo, peristiwa palagan ambarawa, perjanjian linggarjati, perjanjian renville, perundingan meja bundar di deen hag. Itu semua adalah sekelumit peristiwa untuk mempertahankan jalannya revolusi dan proklamasi. Para pemuda dengan semangat api perjuangan dan api revolusiyang berkobar-kobar membara di dada mereka bersatu bahu-membahu untuk kemerdekaan republic Indonesia. Mereka dengan jasa-jasa besarnya kini tinggallah nama. Lalu apa kita para pemuda para generasi penerus bangsa sudahkah memberikan jasa besar kita seperti mereka ? ataukah sebaliknya ?.
Masih ingatkah kita pada peristiwa berdarah 10 november 1945 disurabaya yang melibatkan para arek-arek suroboyo, peristiwa palagan ambarawa, perjanjian linggarjati, perjanjian renville, perundingan meja bundar di deen hag. Itu semua adalah sekelumit peristiwa untuk mempertahankan jalannya revolusi dan proklamasi. Para pemuda dengan semangat api perjuangan dan api revolusiyang berkobar-kobar membara di dada mereka bersatu bahu-membahu untuk kemerdekaan republic Indonesia. Mereka dengan jasa-jasa besarnya kini tinggallah nama. Lalu apa kita para pemuda para generasi penerus bangsa sudahkah memberikan jasa besar kita seperti mereka ? ataukah sebaliknya ?.